Menjadi seorang guru adalah sebuah pilihan bagiku, sekalipun ketika bicara tentang finansial, maka menjadi guru mungkin bukan sebuah pilihan, karena gaji atau honor yang diterima masih jauh dari kata cukup bagi kebanyakan orang. Aku pernah mengajar di sebuah madrasah yang honornya Rp 75.000,-/bulan, itupun terkadang pembayarannya tidak lancar bahkan sampai tiga bulan sekali. Namun, bagiku itu tetap harus disyukuri karena saat itu Aku merasa cukup untuk membiayai kebutuhan hidup. Selain mengajar Aku aktif di kegiatan sosial kemasyarakatan, antara lain Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia, Karang Taruna, Komite Nasional Pemuda Indonesia, Pramuka, dan kegiatan organisasi sosial kemasyarakatan lainnya.
Berbekal dari keaktifan di organisasi tersebut, Aku bersama rekan-rekan guru madrasah lainnya yang memiliki nasib sama menggagas pembentukan organisasi bagi guru madrasah, yaitu Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia dan Punggawa Madrasah Nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru madrasah, meningkatkan pelayanan pendidikan madrasah, dan meningkatkan kesejahteraan guru madrasah sebagai salah satu upaya untuk membela nasib guru madrasah.
Sejak tahun 2006 Aku berjuang membangun organisasi tersebut tanpa lelah, jatuh bangun menghadapi berbagai kendala yang ada sekalipun tanpa ada gaji atau honor yang diterima. Namun Aku bahagia, karena Aku sudah melihat dan merasakan manfaat organisasi tersebut. Melalui organisasilah kami dapat berjuang membela nasib guru madrasah antara lain dengan adanya alokasi untuk honor daerah bagi guru madrasah, rehab Gedung madrasah, beasiswa bagi guru madrasah yang anggarannya bersumber dari APBD Provinsi maupun APBD Kabupaten/Kota sekalipun dalam pelaksanaannya menghadapi berbagi dinamika yang kemudian mendewasakan kami dalam mengelola organisasi.
Aku tidak digaji di organisasi, tapi Alhamdulillaah rejeki selalu ada untuk menopang kegiatanku, terlebih pada tahun 2022 Aku diberangkatkan umroh oleh Bapak KH. Dr. Andi Warisno, M.M.Pd. yang merupakan seorang Rektor salah satu perguruan tinggi di Lampung, yaitu Universitas Islam An Nur Lampung dengan wasilah adanya kerjasama organisasi dengan perguruan tinggi tersebut dalam peningkatan kualitas guru madrasah melalui pemberian Beasiswa S1, S2 maupun S3 bagi guru madrasah. Kepedulian Rektor terhadap guru madrasah sangat beralasan, karena beliau pernah menjadi guru dan kepala madrasah yang ada dilingkungan kampus yang mengerti dan memahami kondisi guru madrasah baik dari sisi profesionalisme terlebih dari sisi kesejahteraannya. Tidak hanya sampai disitu, Allah pun menakdirkan Aku berangkat menjalankan ibadah Umroh bersama istri dengan biaya dari sebuah travel yang juga dimiliki oleh Rektor Universitas Islam An Nur Lampung.
Perjalanan umroh adalah perjalanan spiritual yang sangat berkesan bagiku, karena akan memenuhi undangan-Mu, panggilan-Mu untuk beribadah dirumah-Mu dan berziarah ke makam Nabi Besar Muhammad SAW. manusia paling sempurna yang telah merubah kehidupan manusia dari jaman yang gelap gulita menuju jaman yang terang benderang.
Kurang lebih Sembilan jam penerbangan dari Jakarta ke Madinah tidak terasa melelahkan, karena suasana hati yang penuh syukur sambil terus berdzikir dan berdoa untuk kelancaran perjalanan umrohku. Mengharu biru perasaanku setibanya di Madinah, Aku langsung melakukan sujud Syukur, sebagai wujud rasa syukurku kepada Allah SWT. karena telah mengundangku, memanggilku untuk kerumah-Nya.
“Labbaikallahumma Labbaik. Labbaika laa syariika laka labbaik. Innal hamda wa ni'mata laka wal mulk, laa syariika lak”, bacaan itu terus berkumandang dalam perjalananku dari Bandara ke Masjid Nabawi. Belum sampai masjid Nabawi, baru terlihat kubah hijaunya saja air mata ini menetes tanpa sadar, karena betapa inginnya Aku bertemu Rasulullah SAW. “Shallallaahu 'ala Muhammad, Shallallahu 'alaihi wasallam”, shalawat itu terus kami kumandangkan. “Ya Allah, terimakasih atas segala nikmat yang telah Engkau berikan” ucapku tanpa henti.
Shalat di Masjid Nabawi adalah pengalaman hidup yang tak mungkin terlupakan, Masjid suci kedua setelah Masjidil Haram ini menyimpan banyak keutamaan bagi seluruh umat Islam di dunia. Salah satu keutamaannya adalah keberadaan makam manusia termulia Nabi Muhammad SAW. Sekira Pukul 22.00 waktu Madinah kami pun berduyun-duyun penuh sesak namun tertib menuju pintu Babussalam untuk berziarah ke Makam Rasulullah SAW. Rasa haru dibarengi tetesan air mata melanda saat melintasi makam manusia termulia itu dan Shalat di Raudhah (taman surga). “Shalawat serta salam untukmu wahai junjungan kami. Allahumma Shalli ala Muhammad”.
Setelah melaksanakan Shalat Shubuh berjamaah di Masjid Nabawi kami berjalan disekitar masjid yang sangat indah, megah, suci dan penuh berkah. Kami bertemu dan melihat jamaah lain dari berbagai negara yang cukup mencolok perbedaannya secara fisik. Namun tujuan kita sama, semua ingin berziarah ke Makam Rasulullah SAW. dan shalat di Masjid Nabawi. Dari kegiatan mengitari masjid ini jamaah menjadi tahu lokasi-lokasi disekitar masjid seperti Makam Janatul Baqi' yang merupakan pemakaman ratusan sahabat Nabi Muhammad SAW., gedung pemerintahan, pusat perbelanjaan, hotel-hotel, fasilitas kesehatan, jalan utama dan lapangan.
Selanjutnya, Aku mengikuti salah satu agenda kegiatan di Madinah, yaitu berziarah ke Jabal Uhud yang terletak di sebelah utara Masjid Nabawi lebih kurang enam km. Gunung dengan tinggi 1.050 meter dengan panjang 7 km dan terdiri dari batu-batuan seperti granit, marmer merah dan batu-batu mulia memiliki nilai sejarah penting bagi umat Islam. Berziarah di Jabal Uhud dimaksudkan untuk mengenang bagaimana beratnya tugas Nabi Muhammad SAW. dan para sahabatnya dalam mempertahankan Islam. Jabal Uhud menjadi saksi dari perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin. Peperangan ini dikenal dengan sebutan Perang Uhud yang terjadi pada tanggal 15 Syawal 3 Hijriah atau sekitar bulan Maret tahun 625 Masehi. Dalam pertempuran tersebut, gugur 70 orang syuhada, diantaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad SAW.
Pada tahun 2013 terjadi bencana banjir di Madinah, makam 70 orang syuhada Perang Uhud ikut dilanda banjir. Setelah banjir surut, jenazah para sahabat-pun terlihat keluar dari makam. Istimewanya, jasad jenazah masih dalam keadaan utuh, bahkan darahnya masih mengalir dan jasadnya berbau harum. Jenazah para sahabat kemudian dimakamkan kembali seperti semula tapi tidak lagi diberi nama-nama pada nisan tersebut kecuali jenazah paman Rasulullah SAW., Hamzah RA karena dikenali dari luka di bagian dadanya dan memiliki postur badan tinggi besar. Itulah bukti dari kekuasaan Allah SWT. yang menjanjikan surga bagi para syuhada yang berperang membela agama Islam. Bahkan jasadnya pun dijaga dan mendapat perlindungan dari Allah SWT. “MasyaAllah!”
Jabal Uhud seperti sekelompok gunung yang tidak bersambungan dengan gunung-gunung yang lain. Karena itulah, penduduk Madinah menyebutnya Jabal Uhud yang artinya Bukit Menyendiri. Bukit Uhud memiliki keistimewaan tersendiri, sebagaimana sabada Rasulullah SAW. "Bukit Uhud adalah salah satu dari bukit-bukit yang ada di surga." (HR. Bukhari). Anas bin Malik menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya, Uhud adalah satu gunung yang mencintai kami, dan kami juga mencintainya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Setelah beberapa hari di Kota Madinah yang terang benderang (Madinah al-Munawaroh), kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Mekkah. Rasa haru kembali kami rasakan, karena ini adalah tanah dimana Rasulullah SAW. bertempat tinggal dan berjuang menegakan agama Islam. “Akankah Aku kembali lagi kesini?” tanyaku dalam hati, “ya… Aku harus berusaha untuk kembali lagi kesini. Ya Allah, ijinkan aku untuk kembali lagi kesini”, itu doaku. Perjalanan menuju Mekkah sangat mengesankan karena melalui jalan tol yang lebar menembus, membelah pegunungan batu yang ada disana.
Sesaat setelah tiba di Mekkah, kami melaksanakan ibadah umroh. Memasuki Masjidil Haram dan melihat Ka’bah secara langsung didepan mata adalah sesuatu yang amat luar biasa, siapapun yang melihatnya pasti akan bergetar hatinya dan pasti meneteskan air mata. Lima waktu dalam sehari, umat Islam melaksanakan ibadah shalat menghadap Ka’bah sebagai kiblatnya yang bagi sebagian besar umat Islam didunia tidak dapat melihat secara langsung karena terhalang oleh ruang dan waktu, tapi kini Aku berdiri tegap, tertegun, terpana menyaksikan keagungan-Mu ya Allah, Aku tak mampu berkata-kata kecuali mengumandangkan dzikir dengan segala kerendahan hati. “Terimakasih ya Allah, Engkau telah memanggilku, Engkau telah mengundangku ke rumah-Mu. Ampunilah segala dosaku ya Allah”. Setelah shalat Isya, kami pun melaksanakan Thawaf dan Sa’i.
Shalat di Masjidil Haram yang merupakan masjid suci pertama didunia adalah kesempatan terbaik dalam hidupku, karena berdasarkan hadits yang diriwayatkan Jabir Radhiyallahu Anhu, Rasulullah SAW bersabda: “Sholat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik dari 1000 (seribu) kali sholat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram, Makkah, dan sholat di Masjidil Haram lebih baik dari 100.000 (seratus ribu) sholat di masjid lainnya.” (HR Ibnu Majjah, dishahihkan oleh Al-Bani). Maka, tidak aku lewatkan kesempatan ini dengan melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya di Masjidil Haram serta berdoa kepada Allah didepan Multazam dan Hijir Ismail. “Ya Allah, ampunilah segala dosaku, teguhkanlah Iman dan Islamku, Ridhailah segala perbuatan baikku, berikanlah kesehatan dan keselamatan dalam hidupku dan keluargaku, panggil dan undang kembali Aku kerumah-Mu beserta keluargaku, sejahterakanlah saudara-saudaraku guru madrasah” dan doa-doa lainnya untuk kebaikan hidupku didunia dan di akhirat kelak.
Agenda lain yang kami lakukan di Mekkah salah satunya adalah mengunjungi Jabal Rahmah. Jabal Rahmah terletak di Arafah, Makkah adalah sebuah bukit yang memiliki sejarah besar dalam agama Islam. Dalam bahasa Arab, Jabal Rahmah bermakna "Bukit Kasih". Menurut tradisi Islam, bukit ini dianggap sebagai tempat Nabi Adam dan Hawa bersatu setelah diusir dari surga. Jabal Rahmah menjadi saksi tempat di mana keduanya memohon pengampunan dari Allah SWT. dan dipertemukan kembali setelah mengalami pengasingan.
Jabal Rahmah memiliki keterkaitan dengan peristiwa bersejarah dalam Islam. Di bukit ini, Nabi Muhammad SAW memberikan pidato atau khutbah perpisahannya kepada umat Islam pada tahun 632 Masehi ketika melaksanakan Haji Wada’ (Haji Perpisahan). Nabi Muhammad SAW. menyampaikan pesan-pesan penting kepada para pengikutnya. Banyak orang datang ke bukit ini untuk berdoa memohon pengampunan kepada Allah SWT.
Berdoa di Jabal Rahmah menjadi pengalaman spiritual yang mendalam bagiku dan istri. Tak henti doa kami panjatkan sambil menghadap padang Arafah. “Ya Allah, ampunilah segala dosa kami, jadikanlah keluarga kami keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, panggil dan undang kembali kami kesini untuk melaksanakan ibadah haji maupun umroh”. “Ya Allah, Ridhailah kami, panjangkanlah umur kami, jadikanlah kami orang yang bermanfaat bagi orang lain, berikanlah kami keberkahan, kesehatan, dan keselamatan dalam hidup”. Doa itu yang kupanjatkan.
Sepulang dari Jabal Rahmah ke hotel, kami melewati Terowongan Mina, sebuah terowongan yang mengingatkanku akan kehadiran almarhum Bapak (H. Ahmad Hotib Bin H. Yahya) yang pada saat menjalankan ibadah haji berada dalam kejadian Tragedi Mina pada tahun 1990. Kami hanya menerima berita keadaan Bapak dari hari ke hari melalui televisi, radio, dan media masa lainnya ketika itu. Alhamdulillaah, Bapak dapat kembali ke tanah air dengan selamat, sehat wal afiat. Pada setiap kesempatan saat tamu datang, Bapak bercerita panjang lebar tentang kejadian di Terowongan Mina tersebut. Termasuk menceritakan bagaimana Bapak menggendong Ibunya (nenekku) untuk keluar dari terowongan ketika terjadinya musibah di terowongan mina.
Tragedi Terowongan Mina telah menelan ribuan korban jiwa. Hal tersebut disebabkan oleh jamaah haji saling berdesakan dan terlibat saling dorong karena kondisi yang minim oksigen. Tragedi Terowongan Mina bermula dari situasi terowongan yang kabarnya dipenuhi oleh 50 ribu orang, padahal terowongan tersebut hanya mampu menampung 26 ribu jamaah. Menumpuknya jamaah awalnya disebabkan oleh tujuh orang jamaah haji yang jatuh dari jembatan penyeberangan. Persis di bawah jembatan itu, terdapat Terowongan Mina. Jatuhnya tujuh orang yang berlokasi di mulut terowongan dekat jamarat memicu kepanikan jamaah haji. Hal ini membuat rombongan haji berhenti secara mendadak, sehingga jalur keluar-masuk menjadi kacau. Sementara di saat yang bersamaan, ribuan jamaah tetap memaksa masuk hingga terjadi saling dorong. Kabar menyebutkan bahwa ini dilakukan jamaah untuk menghindari suhu panas di luar terowongan yang mencapai 44,44 derajat celcius.
Banyak korban berjatuhan akibat kehabisan napas. Situasi semakin tidak terkendali kala jamaah yang tak sadarkan diri justru terinjak-injak oleh jamaah lain. Buntutnya, mayat bergelimpangan saat itu. Pemerintah Arab Saudi memberi keterangan yang menyebutkan bahwa korban meninggal mencapai 1.426 jamaah. Untuk korban asal Indonesia, sejumlah media mengumumkan sebanyak 560 - 649 jiwa dan angka tersebut membuat jumlah korban dari Indonesia dikabarkan sebagai yang terbanyak jika dibandingkan negara lain.
Setelah tiba di Mekkah dari Jabal Rahmah kami melaksanakan thawaf wada’. Sesak terasa didada, karena akan meninggalkan rumah Allah, rumah yang suci, mulia, dan penuh keberkahan, rumah dimana setiap doa hamba akan dikabulkan oleh sang pemilik rumah, yaitu Allah SWT. “Ya Allah, panggil dan undang kembali kami kesini, panggil dan undang kembali kami kesini, panggil dan undang kembali kami kesini”, berulang doa itu kami panjatkan.
Selamat tinggal Mekkah dan Aku Rindu Kembali ke Rumah-Mu.
Karya Badrudin (Guru MTs Negeri 3 Bogor)