Oleh Badrudin (Guru MTs Negeri 3 Bogor)
Keberadaan madrasah sangat penting bagi bangsa Indonesia, karena telah melahirkan kader-kader bangsa yang memiliki intelektualitas tinggi dengan wawasan ke-Islaman sekaligus memiliki kesadaran yang tinggi atas prinsip nasionalisme. Selain itu, madrasah memiliki kelebihan dalam kegiatan pembelajaran yaitu melakukan transformasi ilmu yang berkeseimbangan antara duniawi dengan ukhrowi, antara iman dan taqwa dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Sejarah Madrasah di Indonesia
Menurut penelitian Mahmud Yunus yang juga seorang praktisi Pendidikan Islam, madrasah pertama yang berdiri di Indonesia adalah Madrasah Adabiah (Adabiah School) di Minangkabau (Padang), Sumatera Barat. Madrasah Adabiah didirikan oleh Syeikh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Syekh DR. Abdullah Ahmad (lahir di Padangpanjang, 1878 dan meninggal di Padang, 1933) adalah seorang ulama reformis yang juga turut membidani lahirnya Perguruan Sumatera Thawalib Padangpanjang pada Tahun 1921 di Surau Jembatan Besi yang telah berdiri sejak 1914 sebagai cikal bakal Sumatera Thawalib di Sumatera Barat. Pada tahun 1895, Abdullah Ahmad pergi ke Mekkah dan kembali ke Indonesia tahun 1899. DR. Haji Abdullah Ahmad kemudian menjadi salah seorang di antara para ulama dan zuama, bersama Abdullah Karim Amrullah ia menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar Doktor Kehormatan (1926) dari Universitas Al-Azhar, yang diterimanya di tengah Kongres Khilafat Persidangan Akbar Ulama-ulama Islam sedunia di Kairo (Mesir), yang memberikan penghargaan (Honoris Causa) dibidang pendidikan agama.
Setelah Adabiah School berdiri, madrasah lain pun muncul yang antara lain Al Jami’ah Islamiyah di Sungayang Batusangkar yang didirikan Mahmud Yunus pada bulan Maret 1931, Normal Islam (Kuliah Mu’alimin Islamiah) yang juga dipimpin oleh Mahmud Yunus, Kuliah Muballighin/Muballighat didirikan oleh Muhammadiyah di Padang Panjang.
Gerakan pembaharuan Pendidikan Islam di Jawa telah dilakukan pula oleh beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren Modern Gontor Darussalam Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur yang didirikan oleh KH. Imam Zarkasy yang merupakan salah seorang alumni dari Normal Islam (Kuliah Mu’alimin Islamiyah) pimpinan Mahmud Yunus di Padang. Dalam perkembangannya Pondok Pesantren Gontor sejak tahun 1936 sudah menerapkan sistem Pendidikan Islam modern dengan mengadopsi sistem Pendidikan di Normal Islam. Gontor kini telah menjadi ikon madrasah/pondok pesantren di Indonesia, karena melakukan berbagai langkah revolusioner dalam Pendidikan Islam, salah satunya adalah menerapkan dua Bahasa asing (Inggris dan Arab) dalam percakapan atau komunikasi sehari-hari dalam kehidupan di pondok pesantren dan telah melahirkan banyak kader bangsa yang memiliki daya intelektualitas tinggi dan berkontribusi bagi bangsa Indonesia.
Tidak hanya di Sumatera dan Jawa, di Sulawesi Selatan juga terjadi pendirian madrasah dengan dukungan dari para raja yang ada disana kepada para ulama, da’i dan guru-guru agama. Seperti Raja Gowa Imangimangi Daeng Matuju Karaeng Baritonompo Sultan Mohamad Tahir Muhibudin mendirikan madrasah Islamiah bertempat di Jonggawa, Gowa. Madrasah ini dibuka beberapa bulan setelah Sultan M. Tahir naik tahta di Gowa pada tahun 1936.
Dalam perkembangannya, lembaga-lembaga dan organisasi Islam yang lain tertarik dan bergerak mendirikan madrasah ataupun sekolah dengan nama, jenis, dan jenjang yang bervariasi diantaranya Muhammadiyah dihitung sejak K.H. Ahmad Dahlan pertama kali mendirikan “Sekolah Agama Modern” bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah (MIDI), 1 Desember 1911 di Yogyakarta. Mathlaul Anwar di Menes, Banten mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Madrasah Diniah. Persatuan Umat Islam (PUI) pada tahun 1927 mendirikan Madrasah Diniyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Pertanian. Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) tahun 1928 mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah, Awwaliyah, Tsanawiyah, dan Kuliah Syariah. Nahdlatul Ulama (NU) mendirikan Madrasah Awwaliyah, Ibtidaiyah, Mu’alimin Wustha, dan Mu’alimin Ulya. Alwasliyah di Medan pada tahun 1930 mendirikan madrasah Tajhiziyah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Qismul’aly dan Tahassus.
2. Perkembangan Madrasah di Indonesia
Madrasah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional dan hal ini tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sehingga keberadaan madrasah benar-benar telah diakui dan disederajatkan dengan lembaga pendidikan lainnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah, disebutkan bahwa Madrasah adalah Satuan Pendidikan Formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dengan kekhasan agama Islam yang mencakup:
- Raudhatul Atfal yang selanjutnya disingkat RA adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan anak usia dini pada jalur Pendidikan formal yang menyelenggarakan program Pendidikan dengan kekhasan agama Islam bagi anak berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.
- Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disingkat MI adalah Pendidikan formal yang menyelenggarakan Pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam yang terdiri 6 (enam) tingkat pada jenjang Pendidikan dasar.
- Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan Pendidikan formal yang menyelenggarakan Pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam yang terdiri dari 3 (tiga) Tingkat pada jenjang Pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar (SD), MI, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara SD atau MI.
- Madrasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA adalah satuan Pendidikan formal yang menyelenggarakan Pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan menengah sebagai lanjutan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), MTs, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara SMP atau MTs.
- Madrasah Aliyah Kejuruan yang selanjutnya disingkat MAK adalah satuan Pendidikan formal yang menyelenggarakan Pendidikan Kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang Pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara SMP atau MTs.
Saat ini, jumlah madrasah terus bertambah dan berkembang baik madrasah yang didirikan oleh negara maupun madrasah yang didirikan oleh masyarakat (pesantren/diluar pesantren). Berdasarkan data EMIS pada tahun 2023 jumlah madrasah (RA, MI, MTs, dan MA) sebagai berikut:
No |
Jenjang |
Status |
Jumlah |
|
Swasta |
Negeri |
|||
1 |
Raudhatul Athfal (RA) |
31.055 |
- |
31.055 |
2 |
Madrasah Ibtidaiyah (MI) |
24.816 |
1.711 |
26.527 |
3 |
Madrasah Tsanawiyah (MTs) |
17.652 |
1.525 |
19.177 |
4 |
Madrasah Aliyah (MA) |
9.038 |
810 |
9.848 |
Jumlah |
82.561 |
4.046 |
86.607 |
Adapun 10 besar provinsi dengan jumlah madrasah terbanyak tahun 2023 (Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia (Data EMIS):
No |
Provinsi |
Jumlah |
No |
Provinsi |
Jumlah |
1 |
Jawa Timur |
21.166 |
6 |
Nusa Tenggara Barat |
3.116 |
2 |
Jawa Barat |
15.944 |
7 |
Sulawesi Selatan |
2.703 |
3 |
Jawa Tengah |
11.727 |
8 |
Lampung |
2.454 |
4 |
Sumatera Utara |
4.752 |
9 |
Riau |
2.143 |
5 |
Banten |
4.207 |
10 |
Sumatera Selatan |
1.989 |
Dari data yang ada, dapat dilihat bahwa 55.535 madrasah (tidak termasuk RA), sebanyak 92,7% (51.507 madrasah) merupakan madrasah berstatus swasta. Sedang jumlah madrasah Negeri hanyalah 4.046 atau setara dengan 7,3%. Hal ini membuktikan bahwa kepedulian masyarakat Islam terhadap Pendidikan di Indonesia sangatlah tinggi dan masih berdiri serta tetap eksis melaksanakan misi Pendidikan Islam.
Dalam pengembangan madarasah selanjutnya, Kementerian Agama Republik Indonesia telah membangun madrasah model, seperti Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC), Madrasah Aliyah Negeri Program Keagamaan (MAN PK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan Negeri (MAKN). Walaupun jumlah MAN model tersebut masih sedikit (MAN IC ada 24, MAN PK ada 11, MAKN ada 2 (dua). Namun, keberadaan madrasah tersebut saat ini telah membuktikan bahwa madrasah dapat bersaing dengan Lembaga Pendidikan lainnya, termasuk sekolah.
3. Sejarah MTs Negeri 3 Bogor
Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Bogor adalah salah satu madrasah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang lahir dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 (enam) tahun, 3 (tiga) tahun pertama menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang sekarang berlokasi di Cirimekar dan 3 (tiga) tahun berikutnya menjadi Madrasah Tsanawiyah (MTs). Saat itu masih merupakan kelas jauh (filial) dari MTs Negeri Bogor yang sekarang berlokasi di Bantarjati Kota Bogor.
MTs Negeri 3 Bogor pada awalnya bernama Madrasah Tsanawiyah Negeri Cibinong yang sebelumnya bernama Madrasah Tsanawiyah Fillial Bogor. Madrasah Fillial Bogor yang saat itu dipimpin oleh Bapak Suja’i, BA. berlokasi di Cibinong (sekarang RS. Tri Mitra) Al-Huda, karena kelas terbatas dan banyak masyarakat berminat belajar di madrasah, lokasi berpindah ke belakang gudang air Cikempong. Setelah Bapak Suja’i, BA. kemudian dipimpin oleh Bapak Drs. Nurdin dan selanjutnya oleh Bapak Drs. H. Nuryani sampai tahun 1996.
Kepemimpinan Bapak Drs. H. Nuryani ini mengukir sejarah untuk MTs Negeri Cibinong, yaitu perubahan status dari Fillial menjadi Negeri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 244 Tahun 1993 yang berlokasi di daerah Pemda (belakang Pondok pesantren Daruttaqwa) sekarang Yaperi. Pada tahun 1996 MTs Negeri Cibinong pertama menerima murid baru di gedung yang baru dengan jumlah pendaftar sebanyak 3 (tiga) kelas. Dengan perjuangan berbagai pihak dan atas ridho Allah SWT., selanjutnya MTs Negeri Cibinong membangun gedung di atas tanah milik Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor seluas 7.300 m2 mulai dari pengurusan status tanah, pembebasan lahan, pembagunan fisik dan pembangunan prestasi.
Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Bogor dari masa ke masa, yaitu Bapak Suja’I, BA (Filial), Bapak Drs. H. Nuryani HS (1994-1998), Bapak Drs. H. Ahrud (1998-2002), Bapak H. Naman Samin, S.Ag. (2002-2005), Ibu Dra. Hj. Euis Heryani, M.M.Pd. (2005-2011), Bapak Drs. H. Ma’sum, MM. (2011-2016), Ibu Dra. Hj. Lili Agusetiawati, M.Pd.I. (2016-2020), Bapak Miman Hilmansyah Misbah, SE., M.Pd. (2020 – sekarang). Jumlah Guru 66 orang dan Tenaga Kependidikan 10 orang serta karyawan sebanyak 9 (Sembilan) orang.
Jumlah peserta didik pada tahun 2024 ini sebanyak 988 dengan 31 rombongan belajar dan waktu belajar dari hari Senin s.d hari Sabtu Pkl. 07.00 s.d. 15.20 WIB. Lulusan MTs Negeri 3 Bogor telah diterima di berbagai Sekolah/Madrasah terbaik yang ada di Kabupaten Bogor maupun diluar Kabupaten Bogor antara lain diterima di MAN Insan Cendekia, MAN 1 Bogor, MAN 2 Kota Bogor, MAN 2 Cianjur, SMAN 1 Cibinong, SMAN 2 Cibinong, SMAN 3 Cibinong, SMKN 1 Cibinong, SMKN 2 Cibinong, SMAKBO, SMAN 3 Taruna Angkasa Madiun (TNI AU), SMAN 5 Taruna Brawijaya Kediri (TNI AD), Jawa Timur, dan lain-lain. Adapun prestasi yang telah diraih oleh MTs Negeri Cibinong yang kini berubah nama menjadi MTs Negeri 3 Bogor berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 212 Tahun 2015 baik prestasi akademik maupun non akademik oleh guru maupun peserta didik pada tahun 2023/2024 (Juni 2023 – Maret 2024) antara lain:
- Guru
- Medali Perak dalam Ajang Literacy Numeracy Competition Tingkat Nasional
- Juara 1 Lomba Menulis Tingkat Jawa Barat
- Penulis Produktif Tingkat Jawa Barat
- Duta Literasi Tingkat Jawa Barat
- Medali Emas Turnamen Catur Tingkat Kabupaten Bogor
- Pelatih Basket Terbaik dalam Ajang Tornament Basket Ball Lion Hakend se-Kabupaten Bogor
- Juara Umum Pekan Olahraga dan Seni Madrasah
- Pengelola Barang Milik Negara Terbaik
- Peserta Didik (Medali/Piala)
- Emas/Juara I : 163
- Perak/Juara II : 114
- Perunggu/Juara III : 63
Jumlah : 340
- Tingkat Kompetisi/Kejuaraan/Lomba
- Internasional : 3
- Nasional : 197
- Provinsi : 16
- Kabupaten/Kota : 22
Adapun sarana dan prasarana yang ada di MTs Negeri 3 Bogor, antara lain:
1 R. Kepala Madrasah 1 R. Lab. IPA 1 R. Lab. Bahasa 1 R. Lab. Komputer 1 R. Perpustakaan 1 R. Guru |
1 R. Tata Usaha 1 R. OSIS 1 R. Ekstrakurikuler 1 Masjid 3 Lapangan Olahraga 4 titik Wi-Fi |
15 Kantin 15 Toilet/WC 31 R. Kelas 40 Komputer |
Demikianlah sekilah Sejarah madrasah di Indonesia, Perkembangan Madrasah di Indonesia dan Sejarah MTs Negeri 3 Bogor yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat.
Daftar Pustaka:
Karya Jurnalistik, JELAJAH MADRASAH. Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat. 2017
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, t.th.
pasbana.com
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah
Data EMIS Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia
https://www.ayomadrasah.id/2016/07/jumlah-ra-madrasah-di-indonesia.html