Secara etimologis, kata "pendidikan" berasal dari sebuah kata di bahasa Yunani, yaitu "paedagogie" yang terdiri dari kata "paes" yang artinya anak dan "agogos" yang artinya membimbing. Dengan demikian, "paedagogie" dapat diartikan sebagai bimbingan yang diberikan kepada anak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pendidikan merupakan proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

   Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, dan jasmani anak. Pendiri Taman Siswa ini juga berpendapat bahwa pendidikan harus diterapkan berlandaskan pada kodrat alam. Konsep kodrat Ini mengandung makna yang luas menyangkut potensi pribadi dan sifat-sifat dasar manusia. Konsep kodrat alam sering dikenal dengan sebutan Trisakti jiwa, yakni Cipta, Rasa, dan Karsa. Psikolog dan Filsuf asal Amerika, John dewey mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia.

   Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah upaya sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajar, agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya, agar memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang dibutuhkan baik bagi dirinya, masyarakat maupun bangsa serta negara.

   Pada dasarnya, tujuan utama pendidikan adalah untuk menjadikan seseorang memiliki kepribadian yang berkualitas dan pandangan yang luas. Sejak zaman dahulu hingga saat ini, pendidikan menjadi salah satu hal penting dan sebuah kebutuhan, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pemerintah Indonesia bahkan mengadakan Program Wajib Belajar 12 Tahun yang juga dikenal sebagai Pendidikan Menengah Universal (PMU). Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Lampung Nomor 18 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Wajib Belajar 12 Tahun adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh penduduk yang berdomisili di provinsi yang berusia 7 tahun sampai dengan 18 tahun atas tanggung jawab Pemerintah, Pemerintahan Daerah, dan masyarakat.

   Pendidikan berperan penting sebagai kunci untuk membangun bangsa. Salah satu peran penting pendidikan dalam pembangunan bangsa adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Dengan pendidikan, individu dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekerja di berbagai sektor. Hal ini tentu saja dapat mempengaruhi produktivitas dan daya saing negara di Kancah Global. Negara-negara yang memiliki sistem pendidikan yang baik cenderung memiliki tenaga kerja yang lebih terampil dan inovatif. Selain itu, pendidikan juga memiliki peran penting dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Dengan pendidikan yang baik, masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi berbagai tantangan dalam kehidupan sehari-hari. 

   Pendidikan juga dapat mendorong pembangunan bangsa dengan berperan sebagai pengentas kemiskinan. Dengan pendidikan, individu dapat mempelajari dan memperoleh keterampilan-keterampilan yang diperlukan di dunia kerja. Dengan demikian, individu dapat memperoleh pekerjaan yang layak karena dapat memenuhi syarat yang diharapkan. Pekerjaan tersebut membuat seorang individu memperoleh penghasilan yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan pun dapat menjadi pengentas kemiskinan. Selain itu, pendidikan juga memiliki peran penting untuk meningkatkan kesehatan. Dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikannya, seorang dokter dapat melaksanakan kewajibannya dengan lebih baik dan optimal. Hal ini dapat menjadi upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sehingga dapat mendorong pembangunan bangsa.

   Dalam upaya mendorong pembangunan bangsa, pendidikan harus menghadapi berbagai tantangan. Berbagai tantangan pendidikan dalam upaya mendorong pembangunan bangsa salah satunya adalah kualitas pendidikan yang tidak merata. Kondisi ini menyebabkan tidak semua anak di Indonesia memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, misalnya anak-anak yang tinggal di pedalaman atau di daerah terpencil. Hal ini tentu saja dapat menghambat pembangunan bangsa.

   Selain kualitas pendidikan yang tidak merata, biaya pendidikan yang mahal juga dapat menjadi penghambat pembangunan bangsa. Mahalnya biaya pendidikan dapat menyebabkan seorang anak putus sekolah sehingga akan berdampak pada pembangunan bangsa.

   Budaya malas yang sedang marak terjadi juga sangat berdampak pada terhambatnya pembangunan bangsa. Pelajar di era sekarang yang teknologinya sudah maju lebih memilih untuk asyik bermain gadget dan sosial media daripada fokus mengenyam pendidikan untuk masa depannya. Bermain gadget dan sosial media sebenarnya boleh saja tetapi jika berlebihan sampai menimbulkan dampak negatif, seperti pelajar mengabaikan pendidikannya, malas belajar, sumber daya manusia yang rendah, bahkan sampai pergaulan bebas itulah yang patut untuk dihindari. Selain itu masih banyak lagi tantangan yang menghalangi pendidikan dalam upaya mendorong pembangunan bangsa, seperti keterbatasan akses pendidikan, kurikulum yang belum relevan, kesejahteraan guru atau tenaga pendidik yang belum optimal, kesenjangan antara ke sekolah dan dunia kerja, peran orang tua dan sekolah yang belum optimal, pendekatan pengajaran yang tradisional, perkembangan teknologi yang memberikan tantangan, dan korupsi pendidikan.

   Pendidikan merupakan kunci pembangunan bangsa dan berperan penting untuk mencetak generasi emas di masa depan. Dengan pendidikan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia di Indonesia akan meningkat. Namun, jika ada tantangan yang menghalangi maka pembangunan bangsa dapat terhambat. Maka dari itu, peran serta kesadaran pemerintah dan masing-masing individu, seperti tenaga pendidik, orang tua, dan pelajar itu sendiri sangat penting untuk mewujudkan berjalannya pembangunan bangsa.

Ditulis Oleh Rufaida Zahrotun